Hanya Sekadar Kecelakaan Kerja

penilaian: +3+x

Ditulis Oleh Machiavellian


Apakah semua ini?

Ketika ku melihat ke atas langit langit atap lobby depan, 'ku terbayang ketika runtuhnya insolator atap menimpa wajah seorang resepsionista.

Ketika menekan tombol mesin kopi saat rehat singkat, 'ku terbayang akan kaca pecah dari wadah kopi dan panasnya kopi yang baru mendidih mengenai tangan salah seorang penjaga.

Ketika diriku berjalan di lorong kantor utama, 'ku terbayang salah seorang karyawan tersandung dan melukai tumit nya akibat tergesek dengan lantai retak.

Ketika diriku memasang colokan mesin pemotong kertas, 'ku terbayang dasi salah seorang arsiparis masuk kesana dan melukai jarinya saat berusaha mengeluarkannya.

Bayangan apakah yang ada di kepalaku ini?

Ketika diriku melihat pipa besi, 'ku terbayang bunyi retakan kedua kaki yang bersamaan dengan suara besi jatuh yang keras dari salah seorang junior ku.

Ketika diriku memegang mesin gerinda, 'ku terbayang mata gerinda mengenai punggung tangan bersamaan dengan banyaknya darah keluar dari sarung tangan senior ku.

Ketika diriku memeriksa kotak sekring, 'ku terbayang percikan api bersamaan dengan kepulan asap kecil yang keluar dari kepala kawan angkatan ku.

Ketika diriku membawa palu, 'ku terbayang bunyi hantaman alas pakul bersamaan dengan muncul warna biru keungungan yang terlihat di telapak tangan ketua ku.

Perasaan apa yang kurasakan ini?

Ketika diriku melihat ventilasi, 'ku terbayang daging bangkai hewan yang tersangkut di antara kipas sungkup udara.

Ketika diriku menaiki elevator, 'ku terbayang tubuh salah seorang tamu tersangkut di antara pintu dan terbelah dua saat elevator itu bergerak.

Ketika diriku melihat kabel listrik, 'ku terbayang beribu serangga yang bersarang dibalik gumpalan tak teratur berserakan di gudang.

Ketika diriku membersihkan insinerator, 'ku terbayang bau gosong limbah sisa perbaikan ruang penahanan membakar tumpukan potongan bagian tubuh yang tidak kuketahui.

Ini memenuhi bayangan khayalan akal ku.

Ketika diriku membersihkan sepatu safety milikku, 'ku terbayang sepatu yang masih terpasang di kaki yang kehilangan warna pigmennya.

Ketika diriku mengenakan coverall milikku, 'ku terbayang tubuh manusia tanpa anggota alat gerak dibaliknya.

Ketika diriku memegang safety helm milikku, 'ku teringat ketika benda ini menjadi saksi bisu diriku melihat anak buah membersihkan sisa debu dari kepingan beton ruang penahanan.

Ketika diriku memasangkan sarung tangan milikku, 'ku teringat tangan ini memeluk tubuh sahabat yang mati meninggalkan raga nya yang tidak berbentuk dengan semestinya.

Ketika diriku membersihkan safety glasses milikku, 'ku teringat wajah pimpinan yang tak adanya terlihat rasa iba maupun menyesal seakan nyawa yang hilang udah hal yang lumrah di pandangannya.

Aku akan kembali dan rehat sejenak dulu.

Ketika diriku memegang gagang pintu pangkal, 'ku teringat dua penjaga yang sedang membopong seorang kelas D dengan teriakan yang menginginkan kebebasan yang tak kunjung datang.

Ketika diriku menyentuh kaca pengawas, 'ku teringat seorang dokter yang tak punya kuasa untuk bersikap berperikemanusiaan.

Ketika diriku merawat meja kerja, 'ku teringat seorang peneliti yang merelakan waktu berharga sambil meneteskan air mata karena tak dapat menemui keluarga terkasihnya.

Ketika diriku membongkar kamera pengawas, 'ku teringat seorang teknisi yang hanya dapat membuka dan menggerakkan tangan dan matanya namun tidak dengan mulut maupun suara hatinya.

Duduk sebentar sepertinya bukanlah hal yang tak wajar.

Ketika diriku mengarahkan kursi duduk, 'ku teringat seorang supervisor dengan tubuh gemetar dan suara terbata-bata mengeluarkan tetesan air mata meminta bantuan pada yang manusia yang berada di depannya.

Ketika diriku mengambil sebuah mug, 'ku teringat berada di posisinya melihat diri ini sendiri hanya berdiri diam sambil tersenyum tanda sebuah kelegaan bahwa yang menjadi penghalang untuk mendapatkan hal baik dan menjadi terdepan siap meregang nyawa secara terpaksa.

Ketika diriku mendengar suara sensor pintu, ku' teringat pimpinan situs yang menghimbaukan untuk menutup indera kami untuk menyingkirkan bukti jelas ketidakpeduliannya terhadap etos kerja kami dalam pengabdian manis dan singkat.

Ketika diriku mencoba menenangkan benakku, ku' teringat betapa tak berdayanya raga ini untuk melepas segala gundah yang terbenam di hati namun apa daya akalnya masih bersikap rasional untuk tetap pada ranahnya.

Sepertinya aku butuh istirahat di sisa waktu hari ini sekarang.








































Ketika ku melihat air minum dan siap meminumnya, 'ku teringat semua itu terdengar lucu sampai-sampai aku tak lagi mengerti mana yang khayalan atau realitas selama bekerja.

Toh semua itu hanya sekadar kecelakaan di tempat kerja yang normal di sini.

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License