Kisah Seekor Tikus Tanah
penilaian: +1+x

“Aku- tapi- aku tidak percaya ini!”

Kepala Bangsal Medis Lantai Euclid Situs-79, Dr. Lira Saidah, berkata tidak percaya kepada dua orang di depannya. Tepatnya satu orang yang berdiri dan satu orang yang terbaring di ranjang bangsal medis di depannya.

Lira mengamati kotak abu-abu dengan penyok kecil di tangannya dengan tatapan tidak percaya di balik kacamatanya.

“Lu gila, Toni! Lu mo ngambil dokumenku balik aja aku dah senang. Gila lu, Ton!” Lira berkata girang selagi duduk di ranjang bangsal.

“Berterimakasih pada Bale noh, dia mengorbankan kakinya untuk itu.” Toni mencondongkan kepalanya ke Balefire yang terbaring. Balefire cuma mengangkat tangannya dan memberikan acungan jempol. Kakinya, terutama paha sampai perutnya, yang terkena luka, baik dari lecet atau serpihan kayu papan sudah diobati.

“Kau juga, anak baru, mau-maunya kau ikutan Toni masuk ke sana.” Kata Lira kepada Balefire.

“Ku rasa itu sepadan.” Balefire membalas, “Lagi pula kau mengharapkanku yang cuma asisten untuk menolak saat aku memang tidak ada kerjaan?”

Dia mengamati kembali kotak tersebut, “Ya nggak sih. Tetap, trims ya kalian berdua!” Kemudian dia membuka kotak tersebut dan diam mengamati isinya. Toni berjalan perlahan mendekatinya dan berdiri di sampingnya.

“Aku tidak tahu itu termasuk perlengkapan dental…” Raut wajah Toni menunjukkan keheranan.

“Aku sendiri hampir lupa. Ayahku yang ngasih dulu saat aku pertama ditugaskan di sini.” Lira membalas, tidak melepaskan pandangannya dari kotak itu. “Ku rasa situasinya sangat parah saat itu sampai dia berani menyusupkan ini.”

Balefire mencoba duduk di ranjangnya, “Jadi itu yang membuat kotak itu spesial. Ku kira kalau cuma kotak dental seharusnya bisa dibeli lagi yang baru, tapi aku tahu pasti ada alasan lain.”

“Yah, seperti yang kau dengar. Ini dikasih ayahku saat aku ditugaskan di sini. Tuhan, sudah berapa lama aku tidak melihatnya…” Lira menutup kotak itu dan menatap ke arah lain.

“Kotaknya atau orangtuamu?”

“Keduanya. Oh ya, ayahku sebenarnya cuma satu lantai di bawah, tetapi peraturan Lantai Keter membuatku tidak bisa ke bawah kecuali ada alasannya. Sejauh ini aku cuma nitip salam ke Louis yang memang turun ke bawah buat penelitian.”

“Tidak ada komunikasi masuk ke lantai keter? Itu termasuk berkirim pesan seperti telepon dengan aplikasi Yayasanmu sebelumnya?”

Lira tertegun sejenak, “Oh, mengenai itu, ehm… anggap saja dia sering tidak menjawab telepon.”

Balefire tidak lanjut bertanya dan mengangguk mengerti. Dia kini mencoba berdiri. ”Jadi Bu Lira ke sini untuk lebih dekat dengan orangtua anda, ya?”

Lira awalnya hendak berdiri, sepertinya mencoba melarang Balefire berdiri, tetapi membiarkannya setelah melihat dia tidak gemetar karena lukanya. “Semacam itu. Ayahku yang meminta persetujuanku untuk membantunya di Situs-79.”

Lira kembali melihat ke arah lain, kali ini dia mengdongkak ke atas. “Saat itu situs ini terkena insiden yang membunuh hampir separuh personel. Jadi Situs-79 melakukan perekrutan besar-besaran dari situs lain. Kebanyakan yang direkrut merupakan personel keamanan, tetapi mereka perlu peneliti Junior dan biasa juga. Contohnya seperti Louis dan Istrinya yang saat itu masih peneliti junior.”

“Bahkan Toni ini awalnya peneliti junior saat bertugas di sini.” Katanya selagi menepuk punggung Toni. “Tu Louis dan Onyx dah jadi Senior, lu napa ga nyari penelitian juga?”

Toni menggeleng selagi tertawa dan berjalan menjauh. “Nah, kau tahu proyek terakhirku. Antara mereka memberiku proyek baru, or they can fuck off.”

Toni berjalan ke arah Balefire yang masih memegang pinggiran ranjangnya, “Aku ke kantin, kau ikut?”

Balefire cuma mengangkat bahunya dan berjalan mengiringi Toni ke luar bangsal medis. Meninggalkan Lira sendiri di ruangannya, menunggu shift-nya digantikan asistennya selagi menatap kotak yang diletakannya.


“Mereka tidak buka.” Kata Balefire. Dia dan Toni berjalan masuk ke Kantin Lantai Euclid Situs-79. Sepertiga dari seluruh lampu di ruangan itu menyala. Etalase dan rak kosong di depan mereka. Cuma ada cahaya redup lampu di atap.

“Seharusnya kau beli sesuatu sore tadi.” Kata Toni. Dia duduk di salah satu meja kantin dan meletakan cup mi instan, garpu plastik, dan segelas the panas yang dia ambil dan beri air panas di ruang istirahat teknisi sebelum ke sini. Balefire cuma menatapnya selagi duduk di seberangnya.

“Tidak apa-apa. Aku lebih merasa lelah daripada lapar.” Dia menatap jam di dinding kantin. Pukul tiga pagi. Biasanya dia mengetahui jam saat ini saat mengambil kopi di ruang tunggu sebelum kembali ke ruang atasannya.

“Ya sudahlah.” Kata Toni selagi mulai mengambil garpu plastik yang dia letakan sebelumnya dan mulai makan.

Balefire diam sejenak mengamati Toni dari balik maskernya. Diam sampai dia memutuskan ini waktu yang tepat untuk bicara dengannya.

“Kau ingat pembicaraan kita sebelumnya?” Kata Balefire, “Setelah mengunjungi ‘kekasih’mu?”

Toni diam sejenak dan berkata, “Jawabanku kurang lebih sama. Kau tidak bisa mengubah pemikiranku.” Lalu dia kembali makan. Balefire mengalihkan pandangannya dan menatap ke samping.

“Kau tahu itu berbahaya. Kau tahu itu tidak mungkin. Saranku adalah putuskan hubunganmu dengannya sebelum terlalu jauh. “ Kata Balefire.

“Tidak akan.” Dia tertawa di sela makannya. “Kau sendiri juga, kau tidak tahu apa pun, kan? Kau pernah baca dokumen SCP-019-ID?”

“Belum. Aku akui itu. Tetapi peraturan dasar Yayasan itu berlaku untuk segala kondisi asal tidak bertentangan dengan PPK, bukan?”

Toni menelan makanan di mulutnya sebelum menjawab, “Itu masalahnya, mate. Peraturan tersebut ada untuk mencegah, bukan mencari solusi. Rina cuma punya tato di wajahnya yang memiliki bahaya kognitif mematikan jika dilihat. Kau sudah bisa menebak cara mencegahnya membuat insiden dengan itu.”

Balefire mengangguk mengerti, “Yah, aku sudah menduga ada hubungannya dengan kepalanya yang diberi helm. Awalnya ku kira dia terlihat jelek sehingga diberi penutup kepala.”

Toni hanya menggeleng sebelum tertawa setelah menelan makanan di mulutnya, “Nah, tidak, justru kebalikannya. Dia mungkin perempuan tercantik yang pernah kau lihat.”

“Kau pernah terkena efeknya?”

Toni kembali menggeleng, tetapi tidak bisa membalas karena baru menyuap lagi mi instan miliknya. Balefire menunggu dia selesai mengunyahnya.

“Tidak, tetapi kepribadiannya yang membuatku tertarik. Kau tahu, kehidupan Yayasan cukup depresif awalnya dan dia bisa membuatku melaluinya saat aku pertama bertemu dengannya. Ku rasa itulah awal dari kunjungan berkala ku ke sel miliknya.”

“Kau tidak berencana melakukan itu sampai pensiun, kan?”

Kali ini dia berhenti makan dan hanya diam menatap langit-langit kantin untuk beberapa saat. Dia lalu mencondongkan dirinya mendekati Balefire dan berkata, “Tato di wajah Rina bisa dihilangkan layaknya tato biasa. Tetapi Yayasan tidak mau mengambil risiko melakukannya. Para personel yang mengoperasinya harus siap mati karena efek tatonyo instan.”

“Jadi apa rencanamu?” Balefire bertanya penasaran.

Toni memundurkan dirinya yang tadinya condong ke depan, “Katakan saja aku dapat kontak luar yang bersedia mengoperasinya. Kau tak usah khawatir.”

Balefire mengangkat bahunya, “Ya sudahlah, sepertinya kau sudah terlalu dalam untuk memutuskan hubunganmu. Ku harap kau tidak melibatkanku lagi dalam apa pun rencanamu nanti.”

Terdengar suara tawa dari Toni yang memegang cup mi instannya. Dia menghabiskan isinya dan meletakkannya di meja sebelum berkata, “Ayolah, mate! Kau tidak bisa mengatakan yang sebelumnya itu tidak menarik! Adrenalin dikejar mereka, itu menyenangkan jika kau ingat lagi.”

“Yah, jika kau menikmatinya tidak masalah. Tetapi aku lebih mengingat mereka semua mengejar kita hanya untuk sekumpulan dokumen dan kotak tadi.” Balefire membalas.

“Mereka memang begitu. Pertama karena kita menyusup masuk ke tempat mereka, yang tidak akan terjadi jika saja Bunyamin tidak mengambil dokumen kita. Dan karena itu, kedua, karena kita mengambil kembali dokumen kita.”

Balefire hanya mengangguk selagi membelakangi Toni; menyandarkan punggungnya ke ujung meja, “Jujur saja, si Bunyamin ini memang menarik. Maksudku, seluruh kekacauan ini terjadi karena dia mengambil dokumen Lira hanya karena itu mengandung informasi tentang koloni mereka dan dia menganggapnya pengetahuan terlarang bagi kita?”

“Ku katakan dia narsis. Meski dengan caramu mengatakannya lebih mirip seperti kultus.” Toni berkomentar.

Balefire menggeleng dengan frustasi. “Yang benar saja, pengetahuan dilarang?”

“Mencurigakan, tak beralasan.”

Balefire langsung menoleh ke belakang, memastikan apa yang dia baru dengar dan siapa yang mengatakannya. Toni menoleh cepat ke arahnya. Kalimat barusan terdengar familiar, tetapi dia tidak ingat berasal dari mana.

Setelah beberapa saat, dia berhasil mengingat dari mana asal kalimat tersebut.


1 Mei 2018

“Jadi tidak ada perkembangan terbaru?”

“Baru sebulan, Tuan Herria. Kau mengharapkanku jadi inspektur mendadak bagi personel ini atau apa?”

Balefire tengah berada di kantor kepala keamanan untuk lantai euclid. Dia mengamati ke sekeliling ruangan dari balik masker gas miliknya. Cukup rapi, selain terlihat terbengkalai. Mengingat tempramen Sang Kepala Keamanan Herria Ditya, akan mengherankan jika melihat tempat ini bersih akan botol minuman atau bahkan kertas yang berceceran.

“Sebaiknya kau temukan rekan-rekanmu itu dengan cepat jika ingin hidup.” Herria membalas. Dia tidak memperhatikan ke arah Balefire dan hanya mengamati sekeliling ruangannya.

Kalau ruangan ini bernama kantor kepala keamanan untuk lantai euclid, artinya ada ruang serupa di lantai lain. Sepertinya dia menghabiskan sebagian besar waktunya di ruangan di lantai lain, mungkin lantai safe.

“Mereka bukan rekanku, Tuan Herria. Ku kira kita sudah melewati kesalahpahaman ini.” Kata Balefire dengan jengkel.

Herria tidak menoleh, “Kau cari mereka dulu, baru ku tanyakan hal tersebut.”

Balefire diam. Dia tahu dia harus menangkap paling tidak satu dari mereka secepatnya sebelum akhir batas waktunya.

“Aku perlu sesuatu dari anda untuk mempercepat itu.” Balefire berkata. Herria tidak merespon, jadi dia melanjutkan, “Aku perlu teks lengkap sebuah puisi…”


Pengetahuan dilarang?
Mencurigakan, tak beralasan.
Kenapa Yang Kuasa iri terhadap mereka akan hal itu?
Berdosakah untuk mengetahui?
Mematikankah kalau begitu?


Sekarang

“Apa kau baru saja mengutipan puisi John Milton, Paradise Lost?”

Toni langsung mengalihkan pandangannya, “Benarkah? Jujur, aku tak tahu apa yang kau bicarakan, mate.”

Balefire diam-diam meraih kapak di pinggangnya. Pikirannya mengingat kembali apa yang dulu pernah dikatakan seseorang kepadanya.

“Beberapa kelompok Insurgent, karena merupakan pecahan kami dan tidak terlalu kreatif, menjadikan kutipan Paradise Lost karya John Milton sebagai metode autentifikasinya.”

Dia adalah salah satu penyusupnya.

“Pengetahuan dilarang?” Balefire berkata lagi. Toni tidak merespon; dia hanya duduk diam. “Pengetahuan dilarang?” ulangnya untuk kedua kalinya.

Tiba-tiba Toni meludah ke samping, “Diamlah, mate.” Katanya tanpa menoleh ke Balefire.

“Pengetahuan dilarang?” ulangnya untuk yang ketiga kalinya.

“Mencurigakan, tak beralasan.” Toni akhirnya menoleh. Ada darah keluar dari mulutnya. “Oke, sepertinya aku terkena semacam memetik atau apalah. Aku akan keluar mengeceknya.”

Toni bergegas berdiri keluar dari kursinya dan berjalan ke luar kantin. Balefire ikut berdiri dan keluar dari kursinya. Dia mengeluarkan kapaknya dan mengarahkannya ke Toni yang membelakanginya.

“Itu kode autentifikasi agen Chaos Insurgency, Toni.”

Toni berdiri diam membelakangi Balefire. Tidak menoleh ke arahnya.

“Sepertinya kau tahu itu.”

Akhirnya Toni bertanya, “Pengetahuan dilarang?”

“Mencurigakan…” Balefire reflek membalas. Untuk sesaat, keduanya terdiam.

“Ahahaha…” Toni tiba-tiba tertawa. Dia berbalik dan menghadapi Balefire dengan senyuman. “God damnit. Kau agen mereka juga ternyata. Pantas kau hebat saat di ruang penahanan tadi.”

“Jadi kau mengakuinya?” Balefire bertanya. Dia ingin menyangkal bahwa dia masih agen Insurgent, tetapi sepertinya dia berhasil membuat Toni terbuka.

“Kau harus menggigit lidahmu dengan kuat supaya kau tidak merespon secara otomatis. Aku belajar otodidak akan hal itu.” Kata Toni selagi berjalan mendekat.

“Jadi, aku tidak pernah melihat agen lain selain kau. Sayangnya kau juga sepertinya masih baru juga, padahal ada yang ingin ku tanyakan jika aku bertemu agen Insurgent asli.” Dia melanjutkan.

Balefire perlahan menurunkan kapaknya, “Ku rasa pertanyaan kita mungkin sama, tapi apa pertanyaanmu?”

“Apa tepatnya tugas ku? Maksudku, aku setuju membantu kalian, tapi sejauh ini aku cuma diberi instruksi untuk menunggu. Setidaknya beri tahu aku sejauh apa yang harus ku lakukan untuk perjanjian ini.”

Toni sudah setidaknya satu meter di depannya, tetapi Balefire tidak mundur. “Aku tidak tahu juga. Instruksiku adalah mendokumentasi setiap anggota Insurgent di situs ini, Itulah kenapa aku dikirim ke sini. Keberatan untuk membantuku siapa saja rekan Insurgent yang kau kenal?”

Toni melirik ke arah lain, “Sayangnya aku juga tidak tahu. Kau harus tahu aku tidak diberitahukan apa-apa selain tugasku saat ini. Dan itu pun aku disuruh menunggu.”

“Aku mengerti.”

Mereka berdua pun diam setelahnya, saling menatap satu sama lain. Tidak tahu harus apa.

“Kepada siapa kau harus melapor setelah ini?” Toni bertanya.

Itu mengejutkan Balefire, “Kepada atasanku di situs lain. Kenapa?” dia berkata cepat.

“Jadi kau tahu siapa atasan kita, eh? Aku cuma diberi secarik kertas berisi instruksi abstrak dari waktu ke waktu yang harus aku makan agar hancur. Keberatan mengenalkanku kepada dia?”

Sial, aku salah bicara… Balefire mulai gugup, ekspresinya untungnya tersembunyi di balik masker gas miliknya.

“Ku rasa tidak. Kita harus mengikuti instruksi kita bukan?”

Tangan kanan Toni bergerak ke punggungnya, “Mate, aku bersedia melakukan pekerjaan kotor ini jika dan hanya jika aku diberi kejelasan. Dan kau akan memberitahukan informasi tersebut kepada ku, bukan?”

Balefire merasa ini tidak terhindarkan lagi, “Sayangnya aku mengarangnya sampai sejauh ini.”

Perkataannya diiringi ayunan cepat tangan kanannya yang memegang kapak. Tujuannya adalah membuat Toni pingsan secepat mungkin dengan memukul lehernya dengan sisi tumpul kapak.

Toni bereaksi cepat bak sudah menduga itu. Tangan kanannya langsung mengibaskan pisau lipat. Dia menebas liar maju ke arah Balefire. Balefire sendiri langsung mengambil kapak kedua dan menyilangkannya di depannya. Bentrok antara pisau lipat Toni yang menebas vertikal dari atas dan kedua kapak Balefire yang melindungi kepalanya tak terhindarkan, menghentikan gerakan Toni sejenak.

“Kau mengkhianati CI sekarang? Kau pikir Yayasan peduli itu?” Toni berkata. Dia mencoba menekan pisau lipatnya maju.

“Cukup peduli sehingga mereka memasukanku ke situs ini dan menugaskanku untuk memburu kalian.” Balefire membalas. Kedua kapaknya memberi keuntungan dan dia pun membuat Toni mundur.

Dengan segera Toni mengibaskan pisau lipatnya ke belakang sebelum memposisikannya di depannya. “Sial…”

Kali ini Balefire yang maju, membuka serangannya dengan mengayunkan sisi tumpul kapak di tangan kanannya ke depan. Toni menahan kapak yang menyerangnya dari samping tersebut dengan lengan kirinya. Sebelum Balefire mengayunkan kapak keduanya, tangan kanan Toni menikam dada Balefire dengan pisau lipatnya. Balefire langsung tersentak begitu merasakan tikaman pisau lipat Toni dan mundur sebelum Toni sempat menikamnya lagi.

“Sayangnya… nggg… kau jalan buntu saat ini.” Balefire mencoba menahan sensasi menyakitkan tikaman tadi. “Mungkin Herria bisa memaksamu bicara… Membuat lubang pada jalan buntu itu.”

“Kau bisa saja menganggap pembicaraan ini tidak pernah terjadi, kau tahu?” Toni mengayunkan lengan kirinya yang menahan kapak tadi dengan lemah, sepertinya kesakitan juga.

Balefire meringis dari balik masker gas miliknya, “…Sayangnya antara aku menuntaskan misi gila ini… atau aku dibunuh saat akhir batas waktu.”

Kali ini mereka berdua maju. Toni mencoba menikam maju Balefire untuk yang kedua kalinya, tetapi kapak kiri Balefire akhirnya diayunkannya naik, memukul tangan Toni dari bawah dan membuat pisau lipatnya terlempar ke atas.

Toni yang terkejut mundur beberapa langkah mengamati arah jatuh pisau lipatnya dan dengan sigap menangkapnya dengan tangan kirinya. Dia langsung menebas miring ke atas, meski tidak mengenai Balefire dan hanya membuatnya tersentak mundur selangkah.

Toni memutar mata pisaunya dan langsung maju untuk bisa menikam kepala Balefire. Kini giliran kapak kanan Balefire yang diayunkan ke atas dengan sekuat tenaga. Gagang kapaknya berhasil menahan lengan kiri Toni yang mencoba menikamnya.

“Kenapa, Toni?” Balefire berkata, “Karena SCP itu? Sudah ku bilang itu pengaruh buruk, bukan?”

“Yayasan korup ke intinya, Bale. Mereka lebih memilih tahanan mereka tetap sebagai monster pembunuh daripada memperbaiki mereka.”

Balefire mulai kesulitan menahan tangan kiri Toni, “Siapa kita untuk mempertanyakaan itu? Itu prinsip Yayasan dan kita hanya cukup mewujudkannya!”

Toni terus memaksa pisaunya maju, “Memilih menahan dan mengasingkan sesama manusia hanya karena perbedaan kecilnya yang bahkan bisa diperbaiki hanya sekedar untuk prinsip semata? Dan kau bertanya kenapa aku mengambil tawaran mereka?”

Tangan kiri Toni mulai unggul menekan kapak Balefire. “CI menjanjikan operasi penghilangan tato di wajah Rina asal kami membantunya. Ini untuk kebaikannya.”

“Dasar kalian berdua…” Balefire mencurahkan tenaganya dan mengalihkan lengan kiri Toni menjauh dari kepalanya. Toni tidak langsung membalas dengan agresif.

“Tidak, cuma aku. Rina tidak tahu ini.” Toni berkata.

Balefire juga tidak mencoba menyerang. Kali ini sensasi sakit di dadanya lebih terasa. “Jadi itu tujuanmu? Memanfaatkannya untuk-“

Balefire langsung menghindar ke samping ketika Toni tiba-tiba memotong perkataannya dengan menebas maju. Karena itu Balefire tersandung kursi kantin yang membuatnya duduk.

“Berhati-hati kalau bicara, mate. Atau kupotong lidahmu segera.”

Toni dengan marah mencoba menikam wajah Balefire, tidak sadar bahwa dia berada pada jangkauan serangan kapak Balefire. Kapak kanan Balefire langsung diayunkannya secara horizontal, sisi tumpulnya berhasil mengenai kepala Toni.

Toni hampir terjatuh jika tidak menopang dirinya dengan berpegangan pada kursi kantin. Balefire tidak membuang waktu dan langsung memukulkan sisi tumpul kedua kapaknya ke punggung Toni dan membuatnya terjatuh. Entah ke mana pisaunya tadi terjatuh.

“Kau harus mengerti… aku melakukan ini untuknya.” Toni berkata selagi mencoba bangun. Balefire menginjak punggungnya untuk menahannya bangun.

“Kau harus mengerti juga, aku melakukan ini agar tidak mati.” Balefire berkata di atasnya.

Toni tertawa pelan saat mendengar balasannya, “…Aku tidak peduli aku mati atau tidak. Ku rasa kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya melakukan ini untuk seseorang yang kau sayangi.”

Suara nafas keras keluar dari masker Balefire, “Persetan dengan itu!” Dengan itu Balefire memukul keras Toni dengan sisi tumpul kapaknya dan membuatnya tergeletak.

Dia pun berjalan perlahan keluar kantin. Kedua kapaknya telah diselipkannya lagi ke samping agar tangan kanannya bisa memegang dadanya yang kena tikam.

Balefire membuka pintu kantin, menerangi ruangan dengan cahaya koridor luar yang lebih terang dari dalam kantin. Dia menoleh ke belakang, mengamati Toni yang tergeletak di lantai. Bayangannya yang memanjang mengikuti cahaya koridor yang masuk menyelimuti Toni.

Dia berjalan perlahan keluar dan menutup pintunya.

“Hey, pak!”

Balefire menoleh ke kiri dan mengamati dua orang penjaga berlari mendekat. Dia melihat ke bawah dan baru menyadari betapa merahnya baju dan jas putihnya.

Dia menoleh ke kedua penjaga yang mendekat dan berkata, “Panggil Pak Herria Ditya ke lantai euclid segera.”

Lalu dia membiarkan dirinya berlutut. Yah, sudah lama sejak aku terakhir ditikam sih…

Kronik Situs-79

Bab 2: Sang Jagoan
« Negosiasi Dengan Orang Kampung | Kisah Seekor Tikus Tanah | Kembang Desa Yang Ditinggalkan »

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License