Murni dan Konsekuen
penilaian: +4+x


"Siap, siap, silakan saja, mas."

"Tepatnya kapan saya sudah lupa, mungkin… ya kurang lebih dua puluh tahun yang lalu. Pastinya antara 1964 atau 1965."

"Juga kurang tahu. Yang saya ingat itu, Bapak bilang dia mau keee… Jepara, kalau enggak salah. Ya… waktu awal-awal penumpasan PKI, Bapak masih belum berkabar, tapi waktu mulai mengganas dan meluas, baru saat itu kami dapat surat. Habis surat itu, kami gak pernah lihat Bapak lagi."

"Persisnya apa saya juga sudah lupa, meski yang saya ingat, pokoke… kami disuruh pindah ke rumahnya Paklik Anton, biar enggak perlu hidup berdua, dan agar saya dibesarkan lebih taat agama."

"Ibu sih setuju saja, tapi… apa karena sedih atau bagaimana, Ibu meninggal gak lama setelah pindah, dan saya dibesarkan 'Lik Anton. Kalau untuk itu, Ibu dulu memang PNI sih ya, jadi waktu sakit-sakitan sebelum ninggal, dia bebaskan saya mau ikut agama apa saja."

"Bukan karena Paklik saya juga, mas, saya … merasa terpanggil saja. 'Lik Anton memang orangnya baik, tapi saya jadi pendeta karena panggilan Gusti Yesus, bukan karena dipaksa atau lainnya."

"Ah, itu … wah, itu lebih dulu lagi, saya udah banyak lupa. Mungkiiin… yang pasti mereka juga pakai istilah 'gusti' lho…"

"Iya, betul! Itu dia, Gusti Halabaot! Saya sendiri kurang yakin dewa atau tuhan macam apa itu, tapi sepengetahuan saya, Bapak dan kelompoknya tidak pernah aneh-aneh. Apakah pecahan kebathinan, saya kurang yakin. Oh ya, mas sendiri bisa tahu ini dari mana ya?"

"Oh, urusan Lembaga toh? Duh, maaf, maaf, malah saya yang nanya ini."

"Mmm… Rasanya karena ketakutan. Ya … wajar, Bapak sendiri menghilang entah ke mana, sedangkan Ibu sendiri cuma simpatisan PNI. Bung Karno dan partai lamanya benar tidak terlibat dengan Gestok, tapi itu saja ndak cukup aman; masuk akal Bapak minta kami pindah bareng 'Lik Anton, wong dia diaken lho, mana mungkin komunis?"

"Entah. Saya samar-samar ingat mereka sempat nyebut … Demak dan Pati, dan ada yang nyebut gelar … 'adipati', tapi apakah itu istilah atau bagaimana, saya kurang tahu."

"Mas, Ibu saya meninggal nungguin Bapak pulang: Ibu mungkin rindu, tapi saya tidak."

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License