Permintaan Duel Tybalt
penilaian: +3+x

Lampu sirine berwarna merah terang, menyinari ruangan gelap tanpa cahaya ini. Warna merahnya yang dibuat agar mencolok di tengah cahaya terang lampu biasa, kini menguasai seluruh ruangan dalam warnanya yang sementara. Berkelap-kelip bergantian dengan kegelapan, menikmati ketiadaan cahaya utama.

Pelanggaran penahanan tengah terjadi. Tetapi tidak pada kondisi yang di mana tiap lampu di lantai ini harus padam. Hanya ruang istirahat teknisi yang segelap ini. Lampu koridor menyala terang bak sinar matahari, dengan cahayanya menyelip masuk menerangi depan pintu masuk ruangan yang terbuka.

Para teknisi di sini, mereka bukannya tidak mau repot menyalakan lampu hanya karena terjadi pelanggaran penahanan. Tidak, mereka sudah terbiasa akan keadaan ini. Entah apa tujuan mereka tidak menyalakan lampu kali ini. Mungkin alasannya sama dengan kenapa mereka memukuli personel yang memasuki ruangan mereka.

Peneliti Junior Balefire awalnya kebingungan akan perubahan sikap tak wajar ini, dia awal diam mengamati saat dua orang personel yang tadinya bersamanya mulai berkelahi dengan para teknisi yang menyerang mereka.

Kemudian seseorang mendekat. Dia mengenakan seragam personel keamanan, tetapi bukan baton yang dipegangnya, tetapi pisau lipat.

Balefire mengenalinya. Itulah kenapa dia berjalan masuk dengan kedua kapaknya digenggamannya.

“Kita lanjutkan yang tadi, Toni?” Balefire setengah berteriak. Dia yakin

“Kami cuma ingin keluar situs, mate.” Hanya itu yang dikatakan Toni. Dia tidak bergerak dari posisinya dan hanya menyiapkan pisau lipatnya di tangannya.

Mendengar hal tersebut, Balefire melirik cepat ke sekelilingnya. Anna berkelahi dengan dua orang pria di samping. Darel masih terbaring selagi memegangi bahunya. Saat lampu sirine kembali menyala, dia bisa melihat sekumpulan teknisi mengelilinginya.

Dia bisa melihat seseorang dengan seragam personel keamanan lagi tengah berdiri di pojok. Di sampingnya ada seseorang lagi yang duduk berlutut dengan kedua tangannya di belakangnya. Sepertinya terikat. Lampu sirine padam sebelum Balefire sempat mengamati lebih jelas.

Setelah sirine kembali menyala, keduanya ternyata mengenakan kaus meski yang berdiri mengenakan helm penjaga. Sepertinya kaus mereka berwarna oranye. Agak sulit mengetahuinya di tengah dominasi warna merah ruangan.

Balefire cukup yakin pada pandangan kedua mengenai siapa yang tengah berdiri di pojok. Untuk yang lagi berlutut, dia cuma punya dugaan.

“Untuk apa kau menahan SCP-031-ID?” Balefire mengarahkan kapaknya ke arah orang yang dia yakini sebagai pemuda yang seharusnya dia cari tadi.

“Kau berharap aku mengatakan bagaimana rencanaku kabur dari situs ini?” Toni menolak menjawab.

“Kau sudah sedikit menjawabnya.” Balefire membalas. Dia tahu dia tengah dikelilingi teknisi. Ada sekitar enam orang di sekelilingnya tadi sebelum lampu sirine padam. Dia juga tahu orang-orang ini bisa menangani pelanggaran penahanan sekelas Euclid.

Lampu sirine menyala lagi. Kini ada sekitar sepuluh orang yang mengelilinginya. Toni, meskipun sikapnya, tidak bergerak maju menghadapinya.

“Kalian tahu kalau kalian tengah membantu upaya pengkhianatan terhadap Yayasan, bukan?” Kali ini Balefire memutuskan untuk memperhatikan teknisi yang mengelilinginya. Matanya mencoba melihat di mana Agen Anna tadi. Saat dia melihat di lantai, ternyata perempuan itu tergeletak di sana. Itu menjelaskan kenapa semakin banyak orang yang mengelilinginya.

“Toni dan Rina tidak melakukan kesalahan apa pun.” Salah satu teknisi berkata. Balefire tidak tahu yang mana. “Kami tidak pernah suka perlakuan kalian kepada orang sepertinya.”

“Toni teman kami! Kami akan mengawalnya sampai akhir!” Salah satu suara melanjutkan, diiringi sorakan.

“Jadi kalian semua merupakan Insurgent sekarang.” Balefire berkata singkat.

Seharusnya tidak masalah kalau kubunuh kalian.

Salah satu teknisi di belakang Balefire maju dan mengangkat tinggi palu yang digenggamnya. Tetapi Balefire mendengar langkah kakinya terlebih dahulu dan langsung mengayunkan kapaknya ke belakang sekuat tenaga, efektif menebas area perut orang yang mendekatinya.

Balefire tidak sempat memperhatikan kondisi orang tersebut karena setelahnya empat orang maju sekaligus dari sisi berbeda. Balefire mencoba mengalihkan arah serangan tongkat orang terdekat dengan kapak kirinya selagi kakinya menendang orang lainnya. Dua orang sudah terlalu dekat sehingga Balefire hanya bisa bergerak menghindar.

Kali ini Balefire melawan balik dengan mengayunkan sisi belakang kapak kanannya ke kepala orang terdekat. Targetnya menghindar dengan mundur, tetapi Balefire membalas dengan mendorong lurus kapak kirinya ke dada orang tersebut sehingga dia kehilangan keseimbangan. Balefire tidak berhenti di situ dan langsung mengayunkan kapak kanannya tadi kembali ke kepalanya. Kali ini kena telak dan pria itu tersungkur jatuh.

Salah satu teknisi lain bak ingin membalas tindakannya langsung maju sendiri dengan kunci pasnya terangkat. Balefire bereaksi dengan menepi dari jalurnya dan menghantamkan bagian belakang kapak kanannya ke perutnya. Sebelum orang itu sempat bereaksi kesakitan, ujung gagang kapak kirinya dihantamkannya ke punggungnya, membuatnya terjatuh.

Tiga orang maju kali ini mendekatinya dengan senjata masing-masing. Balefire menyempatkan untuk menginjak keras punggung orang di lantai sebelum melangkahinya dan mengayunkan sisi tajam kedua kapaknya ke bawah. Salah satu kapaknya berhasil memukul jatuh pipa yang tengah dipegang salah satu dari mereka sedangkan yang satunya meleset. Orang di kiri dan kanannya terdiam sejenak, tetapi orang yang tepat di depannya tetap tak tersentuh dan menganggat tinggi kunci pasnya. Balefire mengulangi mendorong maju kedua kapaknya tadi ke kedua orang di kiri dan kanannya. Tidak sekuat tadi, tetapi cukup kuat agar Balefire bisa menjauh dari serangan orang di tengah mereka.

Balefire terpaksa terbaring di lantai untuk menghindar, tetapi begitu momentumnya dirasa pas, Balefire langsung mencoba menendang tangan teknisi di tengah yang baru saja diturunkannya dengan kaki kanannya yang dibantu topangan kaki kirinya. Tentu saja dia tidak sempat bereaksi dan senjatanya terlepas dalam sekali tendangan naik. Balefire tidak membuang waktu dan berganti posisi untuk bertopang pada tangan kirinya selagi dia mencoba bangun segera. Tangan kanannya mengayunkan sisi belakang kapaknya mengenai tangan teknisi tadi, berharap mencederainya cukup parah.

Setelah berdiri dengan sigap, awalnya Balefire mau mengurus dua orang teknisi yang tersisa, tetapi dia mendengar langkah kaki di belakang dan langsung berbalik. Seorang teknisi lain mendekatinya. Kali ini dia membawa obeng.

“Bodoh!”

Balefire dengan mudah mengait tangan teknisi tersebut dengan kapak kirinya sedangkan kepala kapak kanannya dihantamkannya ke kepala orang tersebut dengan sekuat tenaga. Dia langsung jatuh seketika.

Dia lalu berbalik dan menghantam masing-masing teknisi di depannya dengan sisi tumpul kapaknya. Salah satu sepertinya terkena pukulan fatal dibanding rekannya sehingga dia langsung kehilangan keseimbangan dan jatuh ke belakang. Balefire menyelesaikan rekannya yang lain dengan ayunan ganda kapak keduanya di lengan yang diikuti tikaman sisi tajam kapaknya ke area atas perut. Baru setelahnya dia menginjak dada teknisi pertama tadi.

Saat tenang sekarang. Lampu sirine kebetulan tengah menyala sehingga Balefire bisa melihat sekelilingnya. Tersisa empat orang teknisi yang masih mengelilinginya. Salah satu diantara mereka memegangi tangan kanannya. Sepertinya dia orang yang Balefire hantam tangannya dengan kapak tadi. Dia memutuskan maju menyerang orang tersebut terlebih dahulu dan menubruknya. Dia lalu menambahkan ayunan sisi tumpul kapak ke orang tersebut selagi dia terjatuh.

Kini sisa tiga orang dan dua dari mereka maju menyerang. Salah satu memegang pisau dan satunya memegang palu. Dari ukurannya, sepertinya pisau miliknya adalah pisau dapur yang dibawa Anna tadi. Yang memegang pisau mencoba menebas terlebih dahulu. Balefire tersenyum dari balik maskernya dan langsung mencegat tebasannya dengan kapaknya. Tidak peduli apakah pukulan tadi mengenai tangan atau pisaunya, karena pisau tadi langsung terlempar jauh.

Balefire langsung menendang orang tersebut dengan kaki kanannya dan mencoba memukul kepalanya dengan ayunan kapaknya. Orang tersebut mencoba memblokade serangan dengan menutupi kepalanya dengan kedua tangannya, tetapi Balefire memukul berkali-kali sampai dia jatuh berlutut kesakitan.

Teknisi yang memakai palu tadi langsung maju sebagai respon, diikuti rekannya yang terakhir. Dia menyeret kursi dari salah satu meja dan membawanya dengan tujuan mengayunkannya ke badan Balefire sekeras mungkin. Balefire tidak melihat pilihan lain dan memutuskan untuk mengakhiri ini dengan menubruk jatuh mereka berdua. Yang memegang palu mencoba mengayunkan palunya untuk menghantamnya, tetapi waktunya tidak pas dan Balefire berhasil mendorongnya sampai mengenai orang di belakangnya.

Saat di lantai, Balefire langsung mencoba berdiri dengan memukulkan tinjunya ke muka orang di bawahnya dan menjadikannya penopang untuknya berdiri secepat mungkin. Setelah merasa cukup seimbang, dia mengambil kursi yang tadi diseret dan menghempaskannya ke kedua orang tadi.

Setelah keadaan tenang dan sirine kembali menyala, Balefire mengakhiri perkelahiannya dengan menginjak keras kursi di atas tubuh kedua teknisi di bawahnya dan menatap ke arah Toni yang masih berdiri diam.

“Jika saja aku dapat lima ratus-an setiap ini terjadi…”

Toni tidak membalas, tetapi tangannya jelas menggenggam erat pisau lipatnya. Dia menoleh ke arah belakang dan berkata, “Plan B

Balefire tidak tahu apakah dia tengah berbicara kepada Rina atau SCP-031-ID sampai yang sebelumnya setengah berlari ke dalam ruang penyimpanan suplai dan membawa sejumlah barang setelahnya. Apa pun yang dia tengah bawa, mereka tertutup kain berwarna gelap.

“K- Kau yakin, mas?” Rina bertanya. Toni mundur beberapa langkah sebelum mengangguk. Rina masih sedikit ragu untuk melakukan entah apa yang akan dia lakukan. Dia menoleh ke arah SCP-031-ID untuk beberapa saat sebelum berkata pelan, “Maaf.”

Dia lalu melempar barang yang dia bawa tadi. Cahaya merah sirine tidaklah memperjelas benda apa yang dia lempar, tetapi mereka terlihat seperti sekumpulan papan beragam ukuran.

Sesuatu tiba-tiba muncul di pikiran Balefire saat menatap papan tersebut.

Tunggu, papan?

Dia melihat ke arah SCP-031-ID yang menatap kumpulan papan itu dengan ekspresi takut.

“Itu kayu.” Kata Toni dengan dingin.

”Jika dia sampai melihat kayu, kita akan mengalami pelanggaran penahanan lagi.”

Balefire sama sekali tidak tahu apa yang Herria maksud mengenai kemungkinan pelanggaran penahanan baru sampai papan-papan kayu tersebut mulai bergetar. Ranting dan akar muncul dari permukaan masing-masing papan seakan membentuk kaki.

Rina masih diam menatap SCP-031-ID sebelum akhirnya lari ke arah Toni dan meninggalkannya sendiri di pojok.

Toni memegang tangan Rina dan berkata ke Balefire, “Kayu-kayu itu akan membunuh spesimen berharga kalian kecuali kau lawan mereka.” Dia lalu menyeret Rina lari. Dia menjaga jaraknya dengan Balefire yang masih memandangnya selagi sesekali menoleh ke arah potongan kayu yang masih tumbuh pesat. Ketika salah satu kayu tersebut mulai merayap cepat, Balefire terpaksa lari mengejarnya. Toni lari bersama Rina ke luar.

Balefire dapat dengan mudah memotong kayu yang mendekat dan menendangnya menjauh. Tetapi dia lalu melihat potongan kayu yang baru saja dia potong menjadi dua entitas baru dan kembali merayap ke arah mereka.

“Sial. Hei, kau tahu bagaimana caraku menghancurkan mereka?” Balefire terpaksa bertanya kepada SCP-031-ID. Satu-satunya solusi di kepalanya adalah membakar mereka, tetapi dia bahkan tidak punya pematik api.

“S- Shotgun! Penjaga biasanya memakai shotgun saat melawan mereka.” Pemuda di sampingnya berkata. Balefire menghembuskan nafas kesal mengetahui pilihan tersebut tidaklah memungkinkan.

Dia lalu kembali memikirkan semua yang Herria katakan mengenai SCP-031-ID yang mungkin membantunya.

“SCP-031-ID merupakan seorang pemuda dengan paranoid tinggi terhadap kayu. Jika dia sampai melihat kayu, kita akan mengalami pelanggaran penahanan lagi. Itu saja yang kau perlu tahu.”

Sama sekali tidak membantu, sialan…

Balefire menggertakkan giginya selagi menginjak salah satu papan kayu dan menendangnya menjauh. Mereka secepat kucing sekarang dan beberapa berhasil memegang SCP-031-ID sehingga Balefire harus menangkap dan melempar mereka. Dia jelas perlu bantuan. Dia melihat ke arah SCP-031-ID yang terus menatap kayu-kayu yang merayap dengan ekspresi panik.

Tunggu…

Jika dia melihat kayu…

“Ehm, apa kau melihat bagaimana para penjaga menghancurkan mereka?” Balefire bertanya setengah berharap.

“Tidak, me- mereka mengutamakan membawaku pergi menjauh. Tapi mereka beneran memakai shotgun kok.” SCP-031-ID membalas.

“Masuk akal.” Balefire berkata singkat selagi melepas jas labnya dengan cepat. Dia langsung menutupi muka SCP-031-ID dan berkata, “Tolong jangan buka sampai kubawa kau ke tempat aman.” SCP-031-ID mengangguk dari balik jasnya.

Balefire lalu mencoba memotong salah satu kayu yang mendekat. Dia tidak sempat melihat reaksinya karena potongan kayu lain tidaklah berhenti mendekat. Balefire terus memotong dan memotong tanpa henti, sedikit tertawa mengetahui betapa kebetulannya dia menggunakan kapak untuk memotong mereka.

Setelah semakin sedikit yang mendekat, Balefire dapat mengkonfirmasi mereka tidaklah hidup kembali. Dia tersenyum berpikir ini akan berakhir cepat dan dia dapat mengejar cepat…

…Sampai sesuatu bergerak di sudut matanya dan dia reflek menghindar. Seorang teknisi hampir mengenai kepalanya dengan kunci inggris. Balefire terbaring di lantai dan mencoba berdiri segera. Teknisi tadi tidak melanjutkan menyerangnya, tetapi memegang jas lab yang menutupi muka SCP-031-ID.

Balefire yang melihatnya langsung berkata, “Tutup matamu!”

Untungnya saat jas lab tersebut dilempar, SCP-031-ID menurut dan matanya terpejam erat. Sebelum teknisi tadi sempat melakukan apa pun, Balefire menebas kakinya dan membuatnya terpeleset jatuh dengan kepalanya membentur lantai.

“Pak?” SCP-031-ID berkata dengan mata yang mulai sedikit mengintip. Sayangnya yang dia pertama lihat adalah serpihan-serpihan kayu yang berserakan di depannya.

Balefire mendengar suara di belakangnya saat dia meraih kembali jas labnya dan langsung berbalik dan mendapati kayu-kayu yang dia potong kembali tumbuh.

Baik SCP-031-ID dan Balefire menatap kaku bagaimana potongan kayu kecil di depannya saling membentuk ranting dan mengaitkan tiap potongan menjadi kesatuan. Di depan mereka kini bukanlah sekumpulan serpihan kayu kecil, tetapi semacam entitas humanoid besar yang terdiri dari jalinan batang kayu kecil sebelumnya.

“Tutup matamu, sialan!” Balefire menyimpan kedua kapaknya dan melempar jas labnya ke arah kepala SCP-031-ID sebelum menyeretnya menjauh. Entitas kayu tersebut terlambat bereaksi dan memukul dinding di depannya, bukan SCP-031-ID. Dengan perlahan dia menarik pukulannya yang membuat retakan besar di dinding. Bagian kepalanya berputar seakan menoleh ke arah Balefire yang menyeret lari SCP-031-ID ke luar ruangan.

Setelah di luar, Balefire melepaskan SCP-031-ID yang langsung jatuh terbaring karena masih terikat. melihat ke arah kanannya; Toni jelas tidak terlihat lagi di koridor. Tangannya menggenggam erat kapak di sampingnya untuk melampiaskan kekesalannya.

“Hei!”

Balefire menoleh ke belakang dengan cepat, kapaknya langsung diposisikan untuk menyerang.

“Tunggu! Tunggu! Ini kami!”

Di sisi sebelah pintu Peneliti Darel setengah berdiri dengan tangan terangkat. Agen Anna duduk terbaring di sampingnya. Balefire menyadari helmnya terlepas, menunjukkan rambut hitamnya yang, seperti dugaan Balefire, dipotong pendek. Wajahnya jelas menunjukkan dia belum sadar setelah dihajar para teknisi di dalam.

“Jangan bilang kau lupa kami ada.” Darel menambahkan. Entah antara dia terdengar kesal atau gugup.

“Aku tak sadar kalian keluar ruangan, kau tahu. Terakhir kulihat kalian masih terbaring di lantai.” Balas Balefire selagi menempatkan SCP-031-ID di sampingnya dan bersiap untuk mengintip ke balik pintu.

“Yah, aku yang pertama siuman. Saat kau berkelahi dengan teknisi-teknisi tadi. Ku seret dia keluar. Sayangnya dia belum siuman sampai sekarang.” Kata Darel selagi menoleh ke arah agen di sampingnya. “Apa kau kebetulan punya minyak angin?”

“Kau seharusnya seret dia ke bangsal-“ Balefire belum selesai bicara ketika dia tiba-tiba meloncat mundur sambil menarik SCP-031-ID bersamanya. Dinding tiba-tiba bergetar bak terkena benturan keras. Ini diikuti dengan pintu ruang istirahat teknisi mendadak terkena pukulan sampai terlepas dari engselnya. Makhluk humanoid besar berbahan kayu tadi berdiri di depan Balefire dan SCP-031-ID.

Balefire melirik ke arah Darel yang hanya diam dengan mata terbelalak mengamati makhluk tersebut. Dia jelas tidak menduga melihat makhluk itu. Dia melirik ke Anna yang masih terbaring.

Akan fatal jika mereka diserangnya.

Balefire langsung lari menarik SCP-031-ID menyusuri koridor. Mereka melewati laboratorium dan langsung belok kanan tajam begitu di simpangan koridor. Dia sedetik terlambat dia salah belok dan langsung menuju pintu depan laboratorium…

…Sampai dia melihat seseorang berseragam keamanan bersama seseorang yang memakai seragam oranye terang Kelas-D di depan lift barang dari kejauhan. Balefire batal ke arah pintu; dia akan memancing makhluk kayu tersebut ke arah mereka.

Balefire berbalik untuk mengamati sedekat apa makhluk kayu yang mengikutinya, tetapi yang dia lihat bukanlah sosok humanoid yang terdiri dari jalinan ranting dan akar.

Yang dia lihat adalah sesosok humanoid yang mengenakan jubah gelap. Semacam debu beterbangan di depannya. SCP-032-ID.

Sialan, sudah berapa menit terlewat?? Pikir Balefire. Dia hanya terdiam kaku di depan makhluk tersebut. Dengan perlahan dia melepaskan SCP-031-ID dan berkata sepelan mungkin, “Jangan membuat suara sedikitpun.” Untungnya SCP-031-ID mengangguk meskipun kepalanya tertutup jas lab.

Balefire lalu menoleh ke belakang; pintu lift sepertinya terbuka dan mereka berjalan masuk. Balefire melangkah mundur sepelan mungkin. Dia tidak akan mencapai mereka dengan kecepatan selambat itu. Baru beberapa langkah, dia terpeleset sesuatu dan terjatuh ke belakang. Kakinya tanpa sengaja menginjak kaki SCP-031-ID. Yang terinjak langsung bereaksi dengan teriakan singkat sebelum Balefire menekan area mulutnya dari balik jas.

Sayangnya suara jatuhnya Balefire cukup untuk membuat SCP-032-ID menoleh ke arah mereka berdua. Makhluk besar itu menatap ke arah mereka, sepertinya menunggu untuk mengonfirmasi bahwa mereka penyebab keributan tadi.

Saat itulah Balefire melihat sekelebat sosok berlari di belakangnya. Bukan sekedar sosok, dia melihat Darel berlari selagi merangkul Anna. Dia juga sekilas melihat setumpuk buku tebal di tangan Darel. Setelah mereka sampai di sisi seberang koridor, sebilah pisau melesat dari arah sana dan menancap tepat di area kepala SCP-032-ID. Makhluk itu sepertinya tidak merasa kesakitan dan perlahan menoleh sebelum bergerak mengikuti mereka.

Pada saat itu Balefire memutuskan lari segesit mungkin untuk mengejar Toni. Toni jelas melihatnya, begitu juga Rina. Tetapi sepertinya mereka percaya pintu lift akan menutup sebelum Balefire sampai. Sebelum itu terjadi, dia jatuh meluncur dan menghentikan pintunya dengan kakinya dengan tepat.

Pintu lift kembali terbuka karenanya, dan Toni membalas dengan mengeluarkan pisau lipatnya, sepertinya akan menikam kaki Balefire. Balefire langsung berbalik dan berdiri secepatnya. Tangannya mengeluarkan kembali kedua kapaknya dan dia langsung berbalik menghadap Toni.

“Sudah, Mas Toni! Kita ga usah kabur saja!” Rina muncul dari balik lift. Suaranya terdengar putus asa.

“Kita sudah sejauh ini! It’s do or die!” Toni membalas. Pandangannya menatap ke arah Balefire dengan tatapan kesal seakan dialah yang menyusahkan dirinya dan bukan sebaliknya.

“Apa kalian yang ingin kabur atau cuma kau saja?” Balefire mengejek. Dia sudah menduga bagaimana Toni akan menyerangnya. Satu tangannya disiapkannya untuk saat tersebut.

“Aku rela melakukan apa pun untuknya!” Toni langsung maju menikam lurus dengan kedua tangannya yang memegang pisau di dekat badan. Sepertinya dia mengincar tikaman jarak dekat. Sesuai dugaan Balefire, dia sudah mengantisipasinya dengan langsung mengayunkan kapaknya secara vertikal ke atas.

Toni tertegun dan mundur beberapa langkah. Balefire tidak membuang waktu dan mengayunkan kapak lainnya ke arah badan Toni secara horizontal.

"Hanya untuk seorang perempuan saja??" Balefire bertanya dengan kesal.

Toni menahan tebasan itu dengan membiarkan lengan kirinya kena tebasan. Dia berteriak kesakitan selagi menyerang lagi dengan pisau di tangan kanannya. Balefire kalah dalam reflek dan dia tertikam lagi di bahu kiri atas.

“Kita cuma budak Yayasan, lalu kenapa kami memiliki keinginan?”

Toni memperkuat tikaman keduanya dengan mendorong Balefire jatuh bersamanya. Balefire masih tidak bisa menghindari tikaman keduanya yang kali ini dibantu gravitasi selagi mereka jatuh. Balefire tidak yakin dia dapat menggerakan tangan kirinya tanpa merasakan nyeri hebat.

“Suatu hari kita mati di situs ini, lalu kenapa kami memiliki harapan?”

Balefire menendang Toni dengan dengkul kakinya selagi merayap menjauh. Selagi dia mencoba berdiri perlahan, dia bisa melihat tebasan kapak di tangan kiri Toni juga fatal. Toni membiarkan tangannya tergantung meneteskan darah.

“Kenapa kami mendapat sesuatu hanya untuk kehilangannya nanti?”

Dia menyerang maju lagi. Kali ini dia mencoba menebas horizontal dengan pisau lipatnya, sepertinya mencoba menempatkan tangannya di posisi yang pas untuk menikam.

“Dan jika kami ingin mempertahankannya, apakah itu hina?”

Benar saja, begitu tangannya yang menggenggam pisau berada di sisi kanan Balefire, dia mengarahkan sisi tajamnya ke arah wajah Balefire. Balefire sendiri hanya bisa menahannya dengan lengan kanannya. Sayangnya penempatannya salah dan tangan kanannya kini yang menjadi target tikaman.

“Ataukah kau juga memahaminya?”

Toni menarik tikamannya dan mundur selangkah. Kali ini dia menikam maju bermodalkan tangan kanannya saja. Tangannya terulur, tujuannya area perut kali ini.

“Jawab aku!

Entah kenapa Balefire melihat dirinya sendiri dari masa lalu yang berteriak mengatakannya.

“Ya,”

Tangan kanan Balefire yang masih terangkat dijatuhkannya sekuat tenaga. Berhasil menebas tangan Toni yang terulur.

“Kalian membuatku jijik, keparat!”

Balefire menendang perut Toni yang langsung membuatnya terjatuh. Rina berteriak melihatnya. Balefire menendang bahu Toni, membuatnya terguling sebelum akhirnya terbaring kesakitan. Balefire duduk di atasnya dan mulai menebas helm personel keamanan yang Toni kenakan dengan kapaknya.

Dia tidak memedulikan Rina yang berlari ke arahnya dan mencoba menahannya. Dia tidak memedulikan rasa sakit di badannya pada setiap ayunan kapaknya. Dia tidak memedulikan apa pun. Tiap tebasan merupakan pelampiasan.

Kekesalan.

Kekecewaan.

Kebencian.

Kedengkian.

Kesedihan.

Begitu Balefire sadar dari pikirannya sendiri, dia ternyata baru saja berhasil memecah helm Toni bak kelapa. Visornya sudah lama pecah, menunjukkan wajah Toni yang meringis kesakitan, entah secara fisik, mental, atau keduanya. Darah mengalir dari area dahinya ke wajahnya.

Satu tebasan kapak lagi. Mengenai lantai, tepat di sebelah kepala Toni tanpa pelindung helmnya.

Kepuasan.

Kronik Situs-79

Bab 4: Pelanggaran Penahanan
« Pesta dan Kekacauan Setelah | Permintaan Duel Tybalt | Makam dan Racun Untuk Berdua »

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License